Satu abad yang lalu
Kita berjuang menghadapi agresor
Satu abad kemudian
Tegak berdiri semangat muda
Membawa kebebasan
Umurmu enampuluh tahun , lebih kek
Merah putih berkibar sebagai tanda kajayaan
Lagu Indonesia raya telah lama kau simbolkan
Bangunnya jiwa muda Indonesia,
Bangunnya tubuh generasi muda
Jauh terbang tinggi kemudian
Sayap terkepak melintas batas cakrawala
Burung merpati yang telah lepas dari kurungan
Kini menantang langit hendak menjadi Tuhan
Lihat bayang samar hitam itu,
Elang mengepak pelan menunggu waktu
Burung pemakan bangkai juga tersenyum menunggu
Dibawah, moncong senapan menyembul dari batu
Kemana lagi kau kan mencari kematian
Pelanlah,
Banyak bahaya disekitar kita
Terbanglah rendah dan lihat semua
Kiri kanan hendaklah kau sapa
Tuk dapatkan simpati dan rasa iba
(petuah datang tiba-tiba,
Dan kau tundukkan wajah setuju)
Kaupun terbang rendah
Udara yang nyaman untuk terbang sudah
Kau terbang menikmati kebebasan itu,
Dan jiwamu yang merdeka membawamu kembali ke langit jauh
(palu besar menimpa kepalamu
;ini bukan wilayahmu)
Sambil senyum malu kaupun menunduk
Kembali pada atmosfer dimana kau setuju.
Akhirnya keletihan juga sayapmu,
Akan jadi nyata sayap-sayap patah sang guru
Pelanlah,
Ditanah saja hendaknya kau ikhlas
Ngalah bukan berarti kalah
Sabar agar Tuhan bersamamu
(petuah yang lain lagi,
;iya aku setuju, katamu)
Kini tanah lijak oleh kakimu
Cita-cita yang digantung oleh semangat
Masih menunggu di pucuk bulan
Ombang-ambing keraguan membadai
Jadikan momok alasan yang sangat klasik
;nrimo ing pandum
Kau salah mengartikannya, kek
Tua benar kau rupanya
Terbanglah,
Raih jiwamu kembali
Ingat dengan satu abad lalu
Sumpah setia telah membatu
Di aliran darah muda bangsamu
Jangan butakan telingamu
(petuah halus mendesir dalam semedi,
;aku sudah capek mendengar petuah)
Kini kesabaran itu habis,
Batas-batas itu telah terkikis
Anak cucu membabat ragu
Satukan niat dibawah pandu
;reformasi
Burung itu belum terbang
Garuda masih tertidur